Kota Palembang adalah ibu kota provinsi
Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di
Sumatera setelah
Medan.
Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan
Sriwijaya, yang mendominasi
Nusantara dan
Semenanjung Malaya pada
abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan
prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di
Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal
16 Juni 682 Masehi, menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di
Indonesia. Di
dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur").
Jembatan Ampera, ikon Kota Palembang
Saat ini Wali Kota Palembang dijabat oleh
Ir. H. Eddy Santana Putra, MT dengan wakil
H. Romi Herton, SH, MH.
Sejarah
Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari kerajaan
Sriwijaya,
[2] Serangan
Rajendra Chola dari
Kerajaan Chola pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.
[2]
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang
terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh
Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang.
[3][4]
Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan
Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama
Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan
Bali bersama dengan
Gajah Mada Mahapatih
Majapahit pada tahun 1343.
[5]
Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang petualang dari
Portugis menyebutkan Palembang,
[6] telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada
kesultanan Demak serta turut serta menyerang
Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.
Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya.
[7] Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah
Hindia-Belanda.
[8] Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti
Bangkok di
Thailand dan
Phnom Penh di
Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008".
Palembang baru saja menjadi salah satu kota pelaksana pesta olahraga olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara yaitu
SEA Games XXVII Tahun 2011.
Keadaan Geografis
Letak Geografis
Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS
104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 400,61 Km² dengan
ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup
strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan
antar daerah di Pulau Sumatera. Palembang sendiri dapat dicapai melalui
penerbangan dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta
(Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air), Batam
(Wings Air, Sky Aviation, Citilink), Bandung
(Indonesia Airways), Lampung
(Merpati), Pangkal Pinang
(Sriwijaya Air), Tanjung Pandan
(Sky Aviation), Medan
(Garuda Indonesia), Kuala Lumpur
(Air Asia), Singapore
(Silk Air). Selain itu di Palembang juga terdapat
Sungai Musi yang dilintasi
Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.
Iklim dan Topografi
[sembunyikan]Data iklim Palembang |
Bulan |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Jul |
Agt |
Sep |
Okt |
Nov |
Des |
Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) |
29
(85) |
30
(86) |
31
(87) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(88) |
31
(87) |
30
(86) |
31
(87) |
Rata-rata terendah °C (°F) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(76) |
25
(77) |
24
(76) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
24
(75) |
Presipitasi mm (inci) |
240
(9.45) |
240
(9.45) |
280
(11.02) |
270
(10.63) |
190
(7.48) |
110
(4.33) |
100
(3.94) |
90
(3.54) |
110
(4.33) |
200
(7.87) |
260
(10.24) |
330
(12.99) |
2.460
(96,85) |
Sumber: http://www.weatherbase.com/weather/weather.php3?s=12269&refer=&units=metric |
Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab
nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu
kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun
berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75
- 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif
datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya
terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota.
Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan
daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl.
Pada tahun 2002 suhu minimum kota terjadi pada bulan Oktober 22,70C,
tertinggi 24,50C pada bulan Mei. Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C
pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan Sepetember 34,30C. Tanah
dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %, tanah
tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60
buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran
pembuangan primer.
Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320 celcius, curah hujan 22-428
mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah
rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial,
liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak
mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang -
Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak
dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih
lagi bila terjadi hujan terus menerus.
Batas Wilayah
Pemerintahan
Gedung kantor wali kota Palembang
Kota Palembang dibagi ke dalam 16
kecamatan dan 107
kelurahan, kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
Penduduk
Penduduk Palembang merupakan etnis
Melayu dan menggunakan
Bahasa Melayu
yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai
Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa
daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas,
Musi dan Lahat. Pendatang dari luar Sumatera Selatan kadang-kadang juga
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga
atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga
Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai
bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, di Palembang
terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari
Jawa,
Minangkabau,
Madura,
Bugis dan
Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah
Tionghoa,
Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi
ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan
wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf,
Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung
Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.
Agama mayoritas di Palembang adalah
Islam. Di dalam catatan sejarahnya, Palembang pernah menerapkan undang-undang tertulis berlandaskan
Syariat Islam, yang bersumber dari kitab
Simbur Cahaya. Selain itu terdapat pula penganut
Katolik,
Protestan,
Hindu,
Buddha dan
Konghucu.
Pariwisata
Objek Wisata
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Sorot laser Gedung Kantor Walikota di latar belakang Benteng Kuto Besak
Air mancur di Kambang Iwak
- Sungai Musi, sungai sepanjang sekitar 750km yang membelah Kota
Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini
merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak dahulu Sungai Musi
telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota Palembang dan Provinsi
Sumatera Selatan[9].
Di sepanjang tepian sungai ini banyak terdapat objek wisata seperti
Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,
Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir, rumah Rakit, kilang minyak Pertamina,
pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, Masjid Al
Munawar, dll.
- Jembatan Ampera, sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang
melintas di atas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan
Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun
pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta rampasan Jepang
serta tenaga ahli dari Jepang.
- Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang, terletak di pusat
Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera
Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah[10].
- Benteng Kuto Besak, terletak di tepian Sungai Musi dan berdekatan
dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan
peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam benteng
terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan rumah sakit. Benteng
ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan
memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya
sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan
tidak diberi nama pahlawan Eropa[11].
- Gedung Kantor Walikota, terletak di pusat kota, pada awalnya
bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk
mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga dikenal juga sebagai Kantor
Ledeng. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai Kantor Walikota Palembang
dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota
di malam hari.
- Kambang Iwak Family Park, sebuah danau wisata yang terletak di
tengah kota, dekat dengan tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian
danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan ramai dikunjungi
pada hari libur. Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang
tampak cantik di waktu malam.
- Hutan Wisata Punti Kayu,
sebuah hutan wisata kota yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota
dengan luas 50 ha dan sejak tahun 1998 ditetapkan sebagai hutan lindung.
Didalam hutan ini terdapat area rekreasi keluarga dan menjadi tempat
hunian sekelompok monyet lokal.
- Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah site peninggalan Kerajaan
Sriwijaya yang terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti
batu peninggalan Kerajaan di area ini.
- Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah
barat Kota Palembang. Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan
makam-makam kuno Kerajaan Sriwijaya.
- Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan
dengan Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam
bangunan ini terdapat benda-benda peninggalan sejarah pada masa
penjajahan.
- Museum Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda - benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
- Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan
Ampera dan Benteng Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu
peninggalan Keraton Palembang Darussalam. Didalamnya terdapat banyak
benda - benda bersejarah Kota Palembang.
- Museum Tekstil, terletak di Jl. Merdeka museum ini menyimpan benda -
benda tekstil dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.
- Kawah Tengkurep
- Masjid Cheng Ho Palembang
- Kampung Kapitan
- Kampung Arab Al Munawwar 13 Ulu
- Fantasy Island
- Bagus Kuning
- Pusat Kerajinan Songket
- Pulau Kemaro
- Kilang Minyak Pertamina
- Pabrik Pupuk Pusri
- Sungai Gerong
- Jakabaring Sport City (JSC)
- Waterboom OPI Jakabaring
- The Amanzi Waterpark CitraGrand City
- Rumah Mak Bani Montok
- Bukit Siguntang
- Taman Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Seni dan Budaya
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah
lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat
kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu
mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal
ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa.
Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu
contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden
Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan
coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
- Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)[12]
- Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai
penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam
resepsi pernikahan
- Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar
Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas
H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail
- Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang
- Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik
di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu
peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan
kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain
songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan
alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan
sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket
adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan
Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang
dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang
didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah
yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya
sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat
mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda
dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan
warna - warna terang dan masih mempertahankan motif - motif tradisional
setempat.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap
tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka
memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias
merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun
Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.
Makanan Khas
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantara
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti
pempek atau
tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.
- Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh
Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu,
masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut
menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan
tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan
dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara
lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan,
pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang,
pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap
menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental
berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang
kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
- Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan
berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip
bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta
soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
Model, salah satu olahan pempek yang menggugah selera
Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam dan gurih
- Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk
menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu
udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model,
yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).
- Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong melintang dan kemudian disiram kuah santan pedas.
- Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.
- Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip
mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging
udang.
- Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk
mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.
- Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.
- Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji
Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan
telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.
- Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar
daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya
ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat
disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.
- Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging
yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu
pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap
sebagai lauk dengan nasi putih hangat.
- Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih.
- Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian
yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan
biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
- Otak - otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia,
berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan
kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas
bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.
- Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian
dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara
digoreng atau dipanggang hingga mengembang.
- Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.
- Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur
bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan
dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue
lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah
satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan
sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat
ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya."[13]
- Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar -
benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan
waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai
sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.
- Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk
mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan
memiliki rasa manis dan legit.
Olahraga
Stadion Gelora Sriwijaya dibangun dalam rangka penyelenggaraan
Pekan Olahraga Nasional XVI
di tahun 2004. Stadion ini terletak di daerah Jakabaring, di bagian
selatan Palembang. Bentuk dari stadion diilhami dari bentuk layar perahu
terkembang dan diberi nama berdasarkan kebesaran Kerajaan Sriwijaya
yang berpusat di Palembang pada masa lampau. Di stadion berkapasitas
40.000 tempat duduk ini pernah digelar dua pertandingan dalam lanjutan
Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara
Arab Saudi dan
Bahrain serta perebutan tempat ke-tiga antara
Korea Selatan dengan
Jepang. Palembang bersama
Jakarta menjadi tuan rumah
SEA Games 2011, yang diselenggarakan pada
11-
22 November 2011. Dengan merehabilitasi venue eks
Pekan Olahraga Nasional XVI
dan membangun Wisma Atlet, Venue tambahan seperti lapangan Atletik,
Aquatic Center, Volley Beach, Ski Air, Panjat Tebing dan Lapangan Tembak
terbesar se-Asia yang digunakan untuk
SEA Games 2011.
Selain itu, stadion ini merupakan
homebase bagi klub sepak bola Palembang, Sriwijaya Football Club
Sriwijaya FC yang merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Palembang.
Kota Palembang juga memiliki sebuah klub bola voli bernama Palembang
Bank SUMSELBABEL, yang mewakili Indonesia dalam Men's Club Asian
Volleyball Championship 2011 di GOR PSCC Palembang.
Pusat-pusat Perbelanjaan
Keramaian Pasar 16 Ilir Palembang di pagi hari
- Palembang Indah Mall,
merupakan mall salah satu mall terbesar di Palembang. Terdapat anchor
tenant seperti Hypermart, Ace Hardware, Index Furnishings, 21 Cineplex
dll.
- Palembang Square, merupakan mall teramai di Palembang. Terdapat anchor tenant seperti Carrefour, Grand JM, Gramedia, XXI (2013) dan lain-lain.
- Palembang Trade Center Mall
- Internasional Plaza, merupakan mall terbesar di Palembang. Juga
merupakan pusat handphone terbesar di Sumatera Bagian Selatan. Terdapat
anchor tenant seperti Matahari Department Store, Superindo, 21 Cineplex dan lain-lain.
- Rajawali Village
- MDP IT Store (IT Mall), merupakan pusat perbelanjaan barang barang
elektronik yang terletak di simpang empat polda dengan gedung baru
tinggi 8 lantai
- Bandung Pasaraya
- JM Pasaraya
- JM Kenten
- JM Sukarame
- JM Plaju
- Gramedia
- Ramayana Department Store
- Sumatera Department Store
- Megahria Department Store
- Dika Shopping Center
- Marathon Department Store
- Center Point Square
- Carrefour Jakabaring
- Lotte Mart
- Ilir Barat Permai (Songket, Lemari Palembang, Pelaminan Palembang, Ukiran Palembang dan lain-lain).
- Pasar Tradisional seperti Pasar 16 Ilir, Pasar Induk Jakabaring, Pasar Kuto, Pasar Plaju, Pasar 26 Ilir, Pasar Gubah dan sebagainya.
- Palembang Village Underground Mall - LIPPO
- Palembang CentrePoint (PSCC)
- INDOGROSIR
- Alfamart Grosir
- Indomaret
Hotel
Hotel-hotel berbintang di Palembang antara lain:
- Aryaduta Hotel and Convention Center Palembang *****
- Novotel Hotel Palembang *****
- Hotel Grand Zuri Palembang ***
- Hotel Arista Palembang *****
- The Jayakarta Daira Hotel Palembang ****
- Hotel Sanjaya Palembang ****
- Hotel Swarna Dwipa Palembang ****
- Hotel Aston International Palembang ****
- Rio City Hotel Palembang ***
- Hotel Royal Asia Palembang ***
- Sahid Imara Hotel Palembang ***
- Hotel Lembang Palembang ***
- Hotel Princess Palembang **
- Hotel Zuri Express **
- Grand Duta Hotel **
- Hotel Wisata **
- Sriwijaya Hotel
- Hotel Emilia
- Hotel Budi **
- Hotel Paradise
- Hotel Safa Marwah
- Home Inn Hotel Palembang
- Hotel Bumi Asih
- Hotel Arjuna
- Hotel Anugerah **
- Hotel Alam Sutra
- Hotel King's (habis terbakar yang akan di buka kembali) **
- Hotel Sintesa Peninsula Palembang (Beroperasi Akhir 2011) ***
- Rio City Hotel Palembang ***
Pendidikan
Kota Palembang memiliki beberapa perguruan tinggi di antaranya
Universitas Sriwijaya di Bukit Besar, walaupun kampus utamanya yang memiliki luas 712 ha berada pada kawasan Inderalaya,
Ogan Ilir,
Sumatera Selatan.
[14]
saat ini menempati urutan ke-15 Universitas Terbaik di Indonesia versi
Webometrics Juli 2010. Peringkat Universitas Sriwijaya dalam
pemeringkatan World Class University versi Webometrics terus mengalami
peningkatan sejak edisi Januari 2009 (peringkat ke-37), edisi Juli 2009
(peringkat ke-29) dan edisi Juli 2010 (peringkat ke-15). Untuk wilayah
sumatera, Universitas Sriwijaya menempati peringkat ke-1 yang kemudian
diikuti oleh Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara
(USU) dan Universitas Riau (Unri).
Sekolah Jurnalisme Pertama di Indonesia, SJI diresmikan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak Peringatan Hari Pers Nasional
(HPN)di Palembang, 9 Februari 2010. Sekolah Jurnalisme ini merupakan
sekolah jurnalisme internasional pertama di Indonesia yang berada di
bawah naungan
UNESCO.
Sekolah ini ditujukan kepada yang ingin memahami terhadap dunia
Jurnalistik, saaat ini berada sementara di Diklat Kepegawaiaan Provinsi
Sumatera Selatan.
Transportasi
Warga Palembang banyak menggunakan bus dan angkutan kota sebagai
sarana transportasi. Selain menggunakan bus dan angkot, moda
transportasi taksi juga banyak digunakan masyarakat. Terdapat beberapa
perusahaan taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan
angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai
angkutan perumahan, dimana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu
yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di kota Palembang.
Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat
Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut ketek. Ketek ini
melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang
Sungai Musi, Ogan dan Komering. Baru-baru ini telah dibuka jalur kereta
komuter yang diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya yang
melayani jalur Kertapati-Indralaya. Selain itu, pada awal tahun 2010
rute angkutan kota dan bus kota di beberapa bagian kota akan digantikan
oleh kendaraan umum baru berupa bus Trans Musi yang serupa dengan bus
Trans Jakarta di Jakarta. Hal ini akan terus dilakukan secara bertahap
di bagian kota lainnya dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan
umum di Palembang yang semakin banyak dan tidak terkendali jumlahnya
serta mengurangi kemacetan karena kendaraan ini memiliki jalur laju
khusus yang terpisah dari kendaraan lainnya.
Palembang memiliki sebuah Bandar Udara Internasional yaitu
Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
(SMB II). Bandara ini terletak di barat laut Palembang, melayani baik
penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga menjadi
embarkasi haji bagi warga Sumatera Selatan. Penerbangan domestik
melayani jalur Palembang ke Jakarta, Bandung, Batam, Pangkal Pinang dan
kota-kota lainnya, sedangkan penerbangan internasional melayani
Singapura, Kuala Lumpur, Malaka, Hongkong, China dan Thailand.
Palembang juga memiliki tiga pelabuhan utama yaitu Boom Baru,
Pelabuhan 36 Ilir dan Pelabuhan Tanjung Api Api. Ketiga pelabuhan ini
melayani pengangkutan penumpang menggunakan ferry ke Muntok (Bangka) dan
Batam. Saat ini sedang dibangun
pelabuhan Tanjung Api-api yang melayani pengangkutan penumpang dan barang masuk serta keluar Sumatera Selatan.
Selain itu Palembang juga memiliki Stasiun Kertapati yang terletak di
tepi sungai Ogan, Kertapati. Stasiun ini menghubungkan wilayah
Palembang dengan Bandar Lampung, Tanjung Enim, Lahat, dan Lubuklinggau
Media
Televisi
Kota Palembang juga memiliki beberapa terdiri dari 20-buah stasiun televisi bersiaran nasional dan lokal.
Surat kabar
Beberapa tediri dari 16-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:
Nasional (8-surat kabar)
- The Jakarta Post
- Harian Seputar Indonesia
- Media Indonesia
- Kompas
- Suara Pembaruan
- Republika
- Koran Tempo
- Bisnis Indonesia
Lokal (9-surat kabar)
- Tribun Sumsel
- Sriwijaya Post
- Sumatera Ekspres
- Sumsel Post
- Palembang Post
- Palembang Express
- Radar Palembang
- Rakyat Palembang
Radio
Kota Palembang juga memiliki beberapa terdiri dari 20-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti :
Prestasi
Beberapa prestasi Kota Palembang :
- Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2007 (Adipura Award).
- Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2008 (Adipura Award).
- Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2009 (Adipura Award).
- Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2010 (Adipura Award).
- Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2011 (Adipura Award).
- Taman Kota Terbaik se-Indonesia, atas nama Kambang Iwak (KI Family Park).
- Asean Environment Sustainable City 2008, sebagai Kota Terbersih se-Asean.
-
-
-
-
-
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi
pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak
diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun
1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya
yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803.
Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang
Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional,
serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra
agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari
Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai
nieuwe keraton alias keraton baru.
Benteng Kuto Besak
Benteng ini mulai dibangun pada
tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan
pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa.
Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman
Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk
membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati
secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.Berbeda
dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton
baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus
sangat indah. Posisinya menghadap ke Sungai Musi.
Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai
yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah
berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian
barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian
utara.
Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya.
Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak
diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona
Musi dan bangunan-bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah Seberang
Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas
dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto
Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.
Di kala malam hari, suasana akan terasa lebih dramatis. Cahaya dari
deretan lampu-lampu taman menciptakan refleksi warna kuning pada
permukaan sungai.
Pemkot Palembang memiliki sejumlah rencana pengembangan untuk mendukung Plaza Benteng Kuto Besak sebagai obyek wisata
Foto : periwisatapalembang
PALEMBANGdotkom (PALEMBANG) - Ide untuk menyatukan
dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan
jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman pembagian administratif
kolonial Belanda di Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota
Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat
dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa
jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia,
proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan
Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu,
disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya,
pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini
sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang
yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun
1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang
Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera
Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin,
dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar
mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota
Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian
membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu.
Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di
kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung
Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman
terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan
pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember
1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp
200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah
mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya
diambil dari dana pampasan perang jepang. Bukan hanya biaya, jembatan
inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut
sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk
penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara
sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki
sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus
mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu,
jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah
terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno
sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera
(Amanat Penderitaan Rakyat).
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno
sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat
dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas
agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan.
Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua
bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya.
Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu
yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar
60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi
Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi
kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan
meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini
sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk
mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini
diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini. Hingga
saat ini, jembatan Ampera tetap berdiri kokoh sebagai landmark kota
Palembang dan menjadi kebanggaan warga Palembang.
Panjang : 1.117 m (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton
(wikipedia) – Eja
Bukit Seguntang
00.21
riko mandela
Bukit Siguntang adalah tempat bersejarah di Kota Palembang di zaman
Sriwijaya menjadi tempat bersejarah penganut agama Budha. Daerah ini
terletak 4 KM dari Kota Palembang dengan ketinggian 27 meter dari
permukaan laut, tepat di kelurahan Bukit Lama Tempat ini sampai sekarang
masih tetap dikeramatkan.
Bukit Seguntang sebagai bukit paling
tinggi di dataran Palembang tampaknya telah dianggap sebagai tempat
penting sejak masa Kerajaan Sriwijaya, beberapa temuan artefak yang
bersifat buddhisme menunjukkan tempat bahwa ini adalah salah satu
kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan. Pada tahun 1920-an di lereng
selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati.
Bukit Siguntang adalah sebuah tempat bersejarah di Kota
Palembang. Bukit rimbun dan asri yang merupakan titik tertinggi di Kota
Palembang ini menyimpan banyak cerita dan misteri. Sepanjang mata
memandang, saat memasuki tempat ini hanya terlihat pohon rindang dan
kursi serta gazebo yang dibangun di sekeliling bukit. Kesan angker baru
akan terasa saat berjalan menuju puncak bukit karena anda akan melihat
makam pertama (makam Panglima Tuan DjungDjungan) dari tujuh makam yang
ada di bukit ini
Beberapa makam diantaranya :
1. Raja Gentar Alam
2. Putri Kembang Dadar
3. Putri Rambut Selako
4. Panglima Bagus Kuning
5. Panglima Bagus Karang
6. Panglima Tuan Junjungan
7. Panglima Raja Baru Api
8. Panglima Jago Lawang
makam
pertama saat menuju ke pucak bukit ini seolah memberikan pesan selamat
datang bagi semua orang yang berkunjung ke sana. Namun herannya walaupun
kesan angker begitu terasa banyak sekali terlihat muda-mudi kota
Palembang yang suka memadu kasih di tempat seram seperti ini.
Baca Juga
Situs Peninggalan sejarah Taman Bukit Siguntang/Cultural Heritage "Siguntang Hill Park" (Palembang)
Kemasyhuran Bukit Seguntang tidak hanya berkutat di Palembang,
tetapi menyebar hingga ke seluruh Sumatera, Malaysia, dan Singapura.
Kawasan perbukitan di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I,
Palembang, Sumatera Selatan, itu menjadi cikal bakal pertumbuhan
Kerajaan Melayu. Hingga kini bukit tersebut masih kerap dikunjungi
wisatawan asing.
Mengikut teks Sejarah Melayu, Bukit Seguntang adalah tempat Wan Empuk
dan Wan Malini berhuma hingga padinya berbuahkan emas, berdaunkan
tembaga dan berbatangkan suasa apabila tiga anak Raja Suran, Sang Nila
Pahlawan, Krisyna Pendita dan Sang Nila Utama, turun di bukit itu.
Bukit Seguntang memang cikal bakal Kerajaan Malaka. Bukit Seguntang
pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin Parameswara,
adipati di bawah Kerajaan Majapahit.
Sekitar tahun 1511, Parameswara memisahkan diri dari Majapahit dan
merantau ke Malaka. Di sana dia sempat bentrok dengan pasukan Portugis
yang hendak menjajah Nusantara. Adipati itu menikah dengan putri
penguasa Malaka, menjadi raja, dan menurunkan raja-raja Melayu yang
berkuasa di Malaysia, Singapura, dan Sumatera.
Sekitar tahun 1554 muncul Kerajaan Palembang yang dirintis Ki Gede Ing
Suro, seorang pelarian Kerajaan Pajang, Jawa Tengah. Kerajaan ini juga
mengeramatkan Bukit Seguntang dengan mengubur jenazah Panglima Bagus
Sekuning dan Panglima Bagus Karang.
Kedua tokoh itu berjasa memimpin pasukan kerajaan saat menundukkan
pasukan Kasultanan Banten yang menyerang Palembang. Sultan Banten,
Sultan Hasanuddin, tewas dalam pertempuran sengit itu. Tetapi, ada juga
versi sejarah yang menyebutkan, makam Bagus Sekuning yang sebenarnya
justru ada di kawasan Bagus Kuning, di Plaju, Palembang.
Jauh sebelum itu, Bukit Seguntang menjadi pusat keagamaan pada masa
Kerajaan Sriwijaya yang berkembang sampai abad ke-14. Sejumlah
peninggalan dari kerajaan yang didirikan Dapunta Hyang Srijayanasa itu
ditemukan di sini. Ada kemudi kapal Sriwijaya yang ditemukan di kaki
bukit, ada arca Buhda Amarawati, dan prasasti Bukit Seguntang yang
menjadi bukti penting keberadaan Sriwijaya.
Bukit Seguntang memang merupakan kawasan yang dikeramatkan sejak zaman
Kerajaan Sriwijaya, pemerintahan perwakilan Majapahit, dan Kerajaan
Palembang. Sampai sekarang pun bukit itu masih dikeramatkan dengan
diziarahi banyak pengunjung, mengingat di tempat inilah dimakamkan
beberapa tokoh penting dari zaman kerajaan.
Tokoh-tokoh tersebut di antaranya, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut
Selako, Panglima bagus Kuning, Panglima Raja batu Api, bahkan
disebut-sebut di sinilah Alexander The Great dimakamkan.
Pengunjung dapat mengurai sejarah Sumatera, Melayu, dan Palembang dengan
menelusuri sejarah Bukit Seguntang. Namun, teks penjelasan yang minim
membuat sejarahnya menjadi kabur. Saat ini bukit itu lebih banyak
diziarahi orang untuk berdoa, tanpa tahu sejarah yang tertoreh di bukit
ini.
Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang
halo kawan kali ini saya akan share tentang sejarah berdirinya Masjid Agung Palembang dan di bawah ini adalah foto Masjidnya
Pendirian
Masjid
Agung pada mulanya disebut Masjid Sultan. Perletakan batu pertama pada
tahun 1738, dan peresmiannya pada hari Senen tanggal 28 Jumadil Awal 115
H atau 26 Mei 1748. Masjid Agung didirikan oleh Sultan Mahmud
Badaruddin I yang dikenal pula dengan Jayo Wikramo (tahun 1724-1758).
Masjid
Agung Palembang bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang
Darussalam, dan menjadi salah satu masjid tertua di Kota Palembang.
Masjid ini berada di utara Istana Kesultanan Palembang, di belakang
Benteng Kuto Besak yang berdekatan dengan aliran sungai Musi. Secara
administratif, berada di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I,
tepat di pertemuan Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman, pusat Kota
Palembang.
Masjid Agung Palembang mulai dibangun pada tahun 1738
oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. Pembangunan berlangsung
selama 10 tahun dan resmi digunakan sebagai tempat peribadatan umat
muslim Palembang pada tanggal 28 Jumadil Awal 1161 H atau 26 Mei 1748 M.
Masjid Agung 1753
Awalnya
masjid ini bernama Masjid Sultan, dan belum memiliki menara. Bentuk
masjid hampir bujursangkar, memiliki ukuran 30 meter x 36 meter. Dengan
luas mencapai 1080 meter persegi, konon, Masjid Sultan merupakan masjid
terbesar di nusantara yang mampu menampung 1200 jema’ah.
Arsitektur
Masjid
Sultan dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Konsep bangunan
masjid memadukan keunikan arsitektur Nusantara, Eropa dan Cina. Gaya
khas arsitektur Nusantara adalah pola struktur bangunan utama berundak
tiga dengan puncaknya berbentuk limas. Undakan ketiga yang menjadi
puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada
bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk
undakan bangunan masjid dipengaruhi bangunan dasar candi Hindu-Jawa,
yang kemudian diserap Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Palembang
Atap
masjid berbentuk limas, terdiri dari tiga tingkat. Pada bagian atas
sisi limas atap terdapat jurai daun simbar menyerupai tanduk kambing
yang melengkung. Setiap sisi limas memiliki 13 jurai. Bentuk jurai
melengkung dan lancip. Rupa ini merupakan bentuk atap kelenteng Cina.
Ciri khas arsitektur Eropa terdapat pada rupa jendela masjid yang besar
dan tinggi. Pilar masjid berukuran besar dan memberi kesan kokoh.
Material bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa.
Pembangunan Menara
Pada
masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin (masa pemerintahan 1758–1774)
menara masjid dibangun. Lokasi menara masjid terpisah dari bangunan
utama, dan berada di bagian barat. Pola menara masjid berbentuk segi
enam setinggi 20 meter. Rupa menara masjid menyerupai menara kelenteng.
Bentuk atap menara melengkung pada bagian ujungnya, dan beratap genteng.
Menara masjid memiliki teras berpagar yang mengelilingi bangunan menara
Pemugaran dan Renovasi Masjid Agung Palembang
Pada
tahun 1819 dan 1821 dilakukan pemugaran masjid akibat peperangan besar
yang berlangsung selama lima hari berturut-turut. Perbaikan masjid
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Atap genteng menara masjid
diganti atap sirap. Tinggi menara ditambahkan dengan adanya beranda
melingkar.
Usia satu abad Masjid Sultan, yakni pada tahun 1848,
dilakukan perluasan bangunan oleh pemerintah Hindia Belanda. Gaya
tradisional Gerbang Utama masjid diubah menjadi Doric style. Pada tahun
1879, serambi Gerbang Utama masjid diperluas dengan tambahan tiang beton
bulat. Rupa serambi Gerbang Utama menyerupai pendopo, namun bergaya
kolonial.
Perluasan
pertama Masjid Sultan dilaksanakan pada tahun 1897 oleh Pangeran Nata
Agama Karta Manggala Mustofa Ibnu Raden Kamaluddin. Lahan yang dijadikan
areal kawasan masjid merupakan wakaf dari Sayyid Umar bin Muhammad
Assegaf Althoha dan Sayyid Achmad bin Syech Shahab. Kemudian nama Masjid
Sultan diubah menjadi Masjid Agung.
Perbaikan dan
perluasan masjid dilakukan kembali pada tahun 1893. Pada tahun 1916
bangunan menara masjid disempurnakan. Kemudian pada tahun 1930,
dilakukan perubahan struktur pilar masjid. Yakni menambah jarak pilar
dengan atap menjadi 4 meter.
Pada
kurun tahun 1966-1969 dibangun lantai kedua. Luas mesjid menjadi 5.520
meter persegi dengan daya tampung 7.750 jema’ah. Pada tanggal 22 Januari
1970 dimulai pembangunan menara baru yang disponsori oleh Pertamina.
Menara baru ini setinggi 45 meter, mendampingi menara asli bergaya Cina.
Renovasi Masjid Agung diresmikan pada tanggal 1 Februari 1971.
Sejak
tahun 2000, Masjid Agung dilakukan renovasi kembali, dan selesai pada
tanggal 16 Juni 2003 bertepatan dengan peresmiaannya oleh Presiden RI
Hj. Megawati Soekarno Putri. Masjid Agung Palembang yang megah dan
berdiri kokoh kini mampu menampung 9000 jama’ah.
Tempat Pusat Kajian Islam di Palembang
Arsitektur
Masjid Agung dan masjid tua lainnya di Palembang secara simbolik
memiliki nilai filosofis yang tinggi. Undakan pelataran masjid dan
tingkatan atap yang berjumlah tiga memberi makna perjalanan manusia
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hamka (1961) menafsirkan atap
tumpang sebagai berikut: Tingkat pertama melambangkan Syariah serta amal
perbuatan manusia. Tingkat kedua melambangkan Thariqat yaitu jalan
untuk mencapai ridlo Allah SWT. Atap tingkat ke tiga melambangkan
Hakikat, yaitu ruh atau hakekat amal perbuatan seseorang. Sedangkan
Puncak (Mustoko) melambangkan Ma’rifat, yaitu tingkat mengenal Tuhan
Yang Maha Tinggi.
Dalam sejarahnya, masjid yang berada
di pusat Kesultanan Palembang Darussalam menjadi pusat kajian Islam yang
telah melahirkan sejumlah ulama besar. Syekh Abdus Shamad al-Palembani,
Kemas Fachruddin, dan Syihabuddin bin Abdullah, adalah beberapa ulama
yang pernah menjadi Imam Besar Masjid Agung. Peran para ulama ini sangat
besar dalam mengembangkan agama Islam di wilayah Kesultanan Palembang.
Konsep pengajaran Islam diturunkan kedalam lingkup amal (praktik) dan
ilmu (wacana), sehingga mudah diterima dan diamalkan oleh masyarakat
muslim Palembang.
Saksi Sejarah
Masjid Agung
Palembang menyimpan kenangan tak terlupakan sepanjang masa. Ia menjadi
saksi perjuangan rakyat Palembang pada pertempuran lima hari melawan
Belanda di pusat kota. Pertempuran bermula pada tanggal 1 Januari 1947.
Pejuang Republik awalnya menyerang RS Charitas. Keesokan harinya Belanda
membalas serangan dengan kekuatan penuh menuju pusat komando pejuang
Republik yang berada di Masjid Agung Palembang. Batalyon Geni merapatkan
barisan bersama berbagai tokoh masyarakat demi mempertahankan masjid
dari kehancuran. Pejuang Republik berhasil bertahan, tentara Belanda
mundur akibat kekurangan pasokan. Pada saat yang bersamaan bantuan
pasukan Belanda yang datang dari Talangbetutu berhasil dihadang oleh
pasukan Republik dibawah Letnan Satu Wahid Luddien.
Belanda
melancarkan kembali serangan pada hari ketiga. Kekuatan mereka lebih
besar, mendapat dukungan serangan udara dari pesawat – pesawat Mustang
untuk meluluhlantakkan kota Palembang. Namun upaya mereka gagal,
kememangan kembali diraih setelah pasukan Ki.III/34 berhasil
menenggelamkan satu kapal Belanda yang penuh dengan mesiu, meskipun
harus menelan korban banyak akibat bombardir serangan udara pesawat
Mustang Belanda.
Pada hari keempat, bantuan pasukan
Republik yang akan bergabung di Masjid Agung Palembang dihadang pasukan
Belanda di wilayah sekitar Simpang Empat BPM, Sekanak dan Kantor
Karesidenan.
Pertempuran berlanjut hingga hari kelima.
Kekuatan Belanda langsung menuju jantung pertahanan pasukan Republik,
Masjid Agung Palembang. Pertempuran sengit terjadi, pasukan Mobrig
pimpinan Inspektur Wagiman dengan bantuan Batalyon Geni mampu
mempertahankan garis pertahanan sehingga pasukan Belanda gagal
merangsek. Setelah melewati lima hari pertempuran yang melelahkan, pihak
Belanda menyatakan mundur. Disepakati perjanjian Cease Fire oleh kedua
belak pihak. Perjanjian ini menandakan berakhirnya pendudukan Belanda
dari wilayah kota Palembang.
Masjid y ini menjadi
perlambang sebuah semangat perjuangan rakyat dalam mempertahanan hak
hidup, hak menentukan nasib sendiri dan hak merdeka sebagai manusia
seutuhnya. Seiring gema adzan yang mengalun di antara menara-menara
besarnya, masjid ini tetap kokoh menjaga umat muslim dari sebuah
ketertindasan.
Sumber dari website ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palembang
h
ttp://www.palembangdotkom.com/2013/04/01/jembatan-ampera-landmark-kota-palembang/
http://www.palembangdotkom.com/2012/12/09/sejarah-benteng-kuto-besak/
http://pelajaran-dunia.blogspot.com/2012/11/sejarah-berdirinya-masjid-agung.html
http://sepcinda16.blogspot.com/
mohon maff jika masih banyak kekurangan dan kesalahan .